Beranda | Artikel
Petingnya Memperbanyak Istighfar
Sabtu, 22 Agustus 2015

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، يَقْبِلُ التَائِبِيْنَ، وَيَغْفِرُ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ، وَيَشْكُرُ لِلطَّاعِيِيْنَ وَهُوَ الغَفُوْرُ الشَكُوْرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِرَاجُ المُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،

Saudara-saudaraku seiman,

Marilah kita bertaubat kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah ﷻ menerima taubat hamba-hamba-Nya. Dia mengampuni dosa. Menutupi kesalahan dan aib. Allah ﷻ memerintahkan kita untuk bertaubat dan berjanji akan mengampuni segala kesalahan orang-orang yang benar taubatnya. Dia telah menerangkan tentang hal itu dalam banyak ayat di dalam Alquran. Seperti firman-Nya,

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنْ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS:Asy-Syuura | Ayat: 25).

Demikian juga firman-Nya,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS:An-Nuur | Ayat: 31).

Di dalam hadits dijelaskan,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Semua anak Adam banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang-orang yang banyak berbuat kesalahan ialah orang-orang yang banyak bertaubat.” (HR. at-Tirmidzi dan selainnya).

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah ﷻ berfirman,

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim).

Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari yang berbuat dosa di siang hari. Dia pun membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari yang berbuat dosa di malam hari. Taubat terus diterima sampai matahari terbit dari arah tenggelamnya (arah barat).” (HR. Muslim).

Beliau ﷺ juga bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّناَ -تَبَارَكَ وَتَعَالَى- كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَخِيْرِ، فَيَقُوْلُ: “مَنْ يَدْعُوْنيِ فَأَسْتَجِيْبُ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنيِ فَأَغْفِر لَهُ؟.

“Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam saat tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, “Adakah yang berdoa pada-Ku; niscaya akan Kukabulkan? Adakah yang meminta pada-Ku; niscaya akan Kuberi? Adakah yang beristighfar pada-Ku, niscaya akan Kuampuni?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibadallah,

Sungguh Allah ﷻ itu Maha Pengampun dan Dia juga Maha Bersyukur atas sedikit amalan hamba-Nya. Para hamba terkadang lalai dari-Nya. Sementara Dia tidak pernah lalai memberi karunia kepada hamba-hamba-Nya. Seorang hamba terkadang bersegara dalam berbuat maksiat. Namun Allah ﷻ tidak pernah bersegera untuk menghukum dan mengadzab mereka. Bahkan Dia mengajak para hamba-Nya kembali kepada-Nya. Bertaubat kepada-Nya. Lalu Dia mengampuni mereka semua. Melupakan kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat.

Walaupun para hamba tersebut berbuat zhalim kepada-Nya dengan mengatakan,

الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ

“Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 73).

Mereka juga menyamakan Allah ﷻ dengan makhluk-Nya,

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

“Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 72).

Dengan kezhaliman yang besar dan melampaui batas tersebut, namun Allah ﷻ tetap kasih kepada mereka. Dia mengajak hamba-Nya bertaubat. Menyeru mereka dari jalan yang gelap menuju jalan penuh cahaya. Menyeru mereka dari ketergelinciran agar kembali ke jalan yang benar. Allah ﷻ berfirman,

أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 74).

Nabi Shaleh ‘alaihissalam berkata kepada kaumnya,

قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ ۖ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat”. (QS:An-Naml | Ayat: 46).

Demikian juga seruan Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada kaumnya,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً* يُرْسِلْ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً* وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَاراً

“maka aku katakan kepada mereka: ´Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS:Nuh | Ayat: 10-12).

Allah ﷻ membimbing dan menganjurkan hamba-Nya agar beristighfar dan banyak bertaubat kepada-Nya. Selain dosa diampuni, maka mereka juga akan mendapatkan karunia yang banyak. Hujan akan diturunkan. Kemudian mengalirlah sungai-sungai. Tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang menjadi mata pencarian dan sumber makanan. Menjadi indahlah taman-taman.

Jika hujan terus turun dengan keteraturannya, maka taman-taman akan menjadi indah dan meneduhkan. Pohon-pohon kurma, anggur, zaitun, dan buah-buah lainnya yang kita kenal akan mengeluarkan hasil mereka. Demikian pula akan mengalirlah sungai-sungai. Lalu bisa dimanfaatkan oleh seluruh makhluk hidup termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan. Ini semua merupakan buah dari istighfar.

Lebih dari itu, Allah ﷻ pun akan menjauhkan adzab bagi negeri yang orang-orang di dalamnya senantiasa memohon ampun, taubat, dan istighfar kepada-Nya,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS:Al-Anfaal | Ayat: 33).

Istighfar meminta ampunan kepada Allah ﷻ. Istighfar hendaknya ditujukan untuk semua dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar semisal kekufuran dan kesyirikan. Karena Allah ﷻ berfirman,

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu”. (QS:Al-Anfaal | Ayat: 38).

Jika mereka berhenti dari kekufuran dan kesyirikan yang mereka perbuat, dan berhenti pula dari memerangi Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, maka sungguh Allah ﷻ akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu. Dosa-dosa kesyirikan dan dosa-dosa kekufuran serta seluruh kemaksiatan yang mereka lakukan akan diampuni.

Bagaimana lagi dengan seorang mukmin? Jika seorang kafir saja diampuni, bagaimana dengan seorang mukmin yang bertaubat kepada Allah ﷻ. Tentu Allah ﷻ akan mengampuni semua dosa dan kesalahan mereka.

Istighfar sangat dianjurkan dan kita butuhkan di setiap saat. Namun, memang ada waktu-waktu yang istimewa. Ada waktu-waktu yang lebih ditekankan agar kita memperbanyak istighfar di saat-saat tersebut. Allah ﷻ berfirman kepada penduduk surga,

إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ* يعني في الدنيا كَانُوا قَلِيلاً مِنْ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ* وَبِالأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS:Adz-Dzaariyat | Ayat: 16-18).

Padahal mereka mengerjakan shalat malam, namun mereka tetap beristighfar, taubat kepada Allah. Mereka merasa banyak salah dan kekurangan. Demikianlah memang keadaan manusia, walaupun banyak melakukan ketaatan, mereka tetaplah orang-orang yang banyak kekurangannya dalam ketaatan. Karena itu mereka sangat dianjurkan untuk beristighfar dan taubat kepada Allah ﷻ.

Demikianlah keadaan orang-orang shaleh dan orang-orang yang banyak mengerjakan kebaikan. Apalagi orang-orang yang memang banyak melakukan kesalahan. Tentu mereka lebih ditekankan lagi untuk segera bertaubat kepada Allah ﷻ.

Nabi ﷺ, setiap kali selesai dari mengerjakan shalat wajib, sebelum menoleh ke arah makmum, beliau ﷺ mengucapkan istighfar dengan menghadap kiblat. Beliau mengucapkan, “Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.” Dan Allah ﷻ berfirman,

فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ

“maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS:Fushshilat | Ayat: 6).

Orang-orang yang istiqomah sangat butuh akan istighfar. Karena mereka memiliki banyak kekurangan dalam menunaikan hak-hak Allah. Sekali lagi, tentu orang-orang yang suka bermaksiat dan berbuat dosa serta lalai dari Allah, lebih utama lagi untuk istighfar.

Wajib bagi kita semua untuk memperbanyak istighfar. Memohon kepada Allah ﷻ agar mengampuni dosa-dosa kita. Menghapuskan seluruh kesalahan kita dan kelalailan kita. Kita adalah orang-orang yang banyak melakukan kekurangan. Begitulah keadaan kita. Kita tidak mensucikan diri di hadapan Allah. Kita tidak takjub dengan amalan kita.

Di sisi lain, kita tidak diperkenankan untuk berputus asa dari rahmat Allah. Jangan merasa dosa kita besar, sampai kita mengatakan, “dosa ini sudah tidak diampuni lagi”. Allah ﷻ berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS:Az-Zumar | Ayat: 53).

Ibadallah,

Seorang muslim mestinya senantiasa beristighfar dan tidak meninggalkannya walaupun setelah mengerjakan amalan ketaatan. Nabi ﷺ apabila selesai dari suatu majelisnya, beliau beristighfar kepada Allah ﷻ. Dan beliau ﷺ dalam sehari lebih dari 70x beritstighfar kepada Allah. Nabi ﷺ bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوا إِلَى اللهِ وَ اسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan beristighfarlah kepada-Nya, sesunggunya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.” (HR Muslim).

Para sahabat menghitung Nabi ﷺ mengucapkan istighfar dalam satu majelis sebanyak 100x. Dan beliau ﷺ adalah utusan Allah. Kekasih dan orang yang paling dekat dengan Allah ﷻ. Apakah orang selain beliau merasa lebih jauh dari dosa?

Karena itu, wajib bagi kita memperbanyak istighfar. Kita hitung dan hisab diri kita atas dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Kita istighfari setiap dosa yang kita perbuat. Allah ﷻ berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ* الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ* وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ* أُوْلَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS:Ali Imran | Ayat: 136).

Maka dari itu, sangat banyak sekali faidah dari istighfar. Wajar jika para nabi menjadikannya sebagai syiar. Mereka beristighfar memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Karena mereka merasa banyak kekurangan. Orang-orang yang berdosa, hendaknya bertaubat dari dosa mereka. beristighfar atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Memohon ampun karena tidak menunaikan hak-hak Allah sebagaimana mestinya.

Ibadallah,

Tidak seorang pun yang tidak butuh akan istighfar. Lakukan dan dawamkanlah. Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha penerima taubat.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا،

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،

Ketahuilah wahai hamba Allah,

Yang paling utama dari istighfar adalah bahwa ia bukan hanya terletak di bibir saja. hendaknya istighfar dan taubat meresap ke dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Jika istighfar hanya di lisan saja, tidak terbukti dengan amalan, maka apa yang kita taubatkan? Yang demikian tentu tidak akan dilakukan orang-orang yang cerdas dan memiliki pemahaman yang sempurna. Terlebih lagi seorang mukmin.

Jika Anda bertaubat kepada Allah dari suatu dosa, maka konsekuensi logisnya Anda harus meninggalkan dan menjauhi dosa tersebut. Kemudian menggantinya dengan perbuatan taat. Allah ﷻ tidak akan mengampuni dosa seseorang yang di lisannya bertaubat, tapi secara bersamaan amal perbuatannya masih melanjutkan dosa yang ia taubati. Ia belum berubah. Keadaannya masih sama antara taubat dan tidak taubat. Ini adalah taubat yang dusta atau taubat palsu. Taubat yang demikian tidak bermanfaat sedikit pun bagi pelakunya. Saat beristighfar, wajib menghadirkan kesungguhan dalam hati untuk meninggalkan perbuatan dosa. Inilah taubat yang nasuha.

Ibadallah,

Wajib bagi kita semua untuk memperbanyak istighfar dan menjauhi dosa-dosa yang kita taubati. Kemudian menggantinya dengan perbuatan taat kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Furqaan | Ayat: 70).

Jadikanlah taubat dan istighfar kita adalah taubat dan istighfar yang benar sehingga ia tampak dalam perbuatan. Ingatlah, bahwasanya Allah ﷻ sangat mencintai dan suka kepada hamba-Nya yang bertaubat. Lebih suka daripada syukur seorang hamba. Walaupun ucapan syukur itu begitu mendalam karena mendapatkan anugerah yang sangat dibutuhkan.

“Sungguh Allah lebih bergembira dengan taubat hambaNya tatkala bertaubat kepadaNya, daripada gembiranya salah seorang dari kalian yang bersama tunggangannya di padang pasir tiba-tiba tunggangannya tersebut hilang, padahal makanan dan minuman (perbekalan safarnya) berada di tunggangannya tersebut. Ia pun telah putus asa dari tunggangannya tersebut, lalu iapun mendatangi sebuah pohon lalu berbaring dibawah pohon tersebut (menunggu ajal menjemputnya-pen). Tatkala ia sedang demikian tiba-tiba tunggangannya muncul kembali dan masih ada perbekalannya, maka iapun segera memegang tali kekang tunggangannya, lalu ia berkata karena sangat gembiranya, “Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu”

Ia salah berucap karena sangat gembiranya,” (HR. Muslim).

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah. Bersegeralah bertaubat. Pintu taubat akan senantiasa terbuka hingga nyawa berada di kerongkongan atau matahari terbit dari arah barat kelak. Pada saat itu, maka pintu taubat telah tertutup. Tidak diterima lagi taubat seseorang dari dosa yang ia lakukan. Allah ﷻ berfirman,

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

“Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: “Tunggulah olehmu sesungguhnya Kamipun menunggu (pula).” (QS:Al-An’am | Ayat: 158).

Mari bersegera bertaubat. Mengulang-ulangnya. Istiqomah di jalannya selamanya. Dengan itu semoga Allah ﷻ menerima taubat kita.

ثُمَّ اعْلَمُوْا عِبَادَ اللهِ، أَنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كِتَابَ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ(إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ اَلرَّاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةَ المَهْدِيِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَفَضْلِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَلِيَّ عَلَيْنَا خِيَارَنَا، وَكْفِيْنَا شَرَّ شِرَارَنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَا لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُنَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ وَلِيَتَنَا فِيْمَا خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا لِمَا فِيْهِ خَيْرَ صَلَاحِ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا لِمَا فِيْهِ صَلاَحِهِ وَصَلَاحِ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ بِطَانَتَهُ وَجُلَسَائِهِ وَمُسْتَشَارِيْهِ وَأَبْعِدْ عَنْهُ بِطَانَةً السُّوْءِ وَالمُفْسِدِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، ( رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ).

عبادَ الله، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)،(وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فاذكروا اللهَ يذكُرْكم، واشكُروه على نعمِه يزِدْكم، ولذِكْرُ اللهِ أكبر، واللهُ يعلمُ ما تصنعون.

Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/3503-petingnya-memperbanyak-istighfar.html